Teks Fabel
Menemukan
Nilai Moral dalam Fabel
Sebelum
kita melanjutkan pembahasan tentang nilai moral pada fabel, ada baiknya Ananda
simak tayangan video berikut!
Cerita fabel merupakan
cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk
jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Cerita fabel sering
juga disebut cerita moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan
erat dengan moral.
Cerita fabel menjadi salah
satu sarana yang potensial dalam menanamkan nilai-nilai moral. Ananda dapat
belajar dan mencontoh karakter-karakter yang baik dari binatang itu agar kamu
memiliki sifat terpuji.
Binatang-binatang yang ada
pada cerita fabel memiliki karakter seperti manusia. Karakter mereka ada yang
baik dan ada juga yang tidak baik. Mereka mempunyai sifat jujur, sopan, pintar,
dan senang bersahabat, serta melakukan perbuatan terpuji. Mereka ada juga yang
berkarakter licik, culas, sombong, suka menipu, dan ingin menang sendiri.
Struktur Teks Cerita Fabel
Kalian pasti sudah tau apa itu struktur, ya struktur adalah
sesuatu yang membangun sebuah teks. Struktur teks yang dimiliki teks cerita
fabel diantaranya adalah orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Untuk lebih
jelasnya mengenai struktur teks bisa lihat dibawah ini.
a. Orientasi, adalah bagian awal dari sebuah
cerita fabel. Orientasi berisi pengenalan dari cerita fabel, seperti pengenalan
background, pengenalan tokoh, maupun latar tempat dan waktu.
b. Komplikasi, merupan klimaks dari cerita,
berisi puncak permasalahan yang dialami tokoh.
c. Resolusi, berisi pemecahan masalah yang
dialami tokoh.
d. Koda, merupakan bagian akhir dari
cerita. Biasanya berisi pesan dan amanat yang ada pada cerita fabel
tersebut.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fabel
Kaidah
kebahasaan atau yang biasa disebut juga sebagai unsur kebahasaan merupakan ciri
dari bahasa yang digunakan dalam suatu teks seperti cerita fabel. Adapun
berikut akan saya jelaskan unsur kebahasaan atau kaidah kebahasaan dari teks
cerita fabel sebagai berikut:
1. Kata Kerja
Salah
satu kaidah atau unsur kebahasaan dalam sebuah teks cerita fabel adalah adanya
kata kerja. Kata kerja dalam cerita fabel dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif.
§ Kata Kerja Aktif Transitif, adalah kata kerja aktif yang
memerlukan objek dalam kalimat, misalnya memegang, mengangkat.
§ Kata Kerja Aktif Intransitif, adalah kata kerja aktif yang
tidak memerlukan objek dalam kalimat, misalnya diam.
2.
Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang
Pada
teks cerita fabel sering sekali adanya penggunaan kata sandang si dan sang. Berikut
merupakan penggunaan kata sandang si dan sang yang ada pada teks cerita fabel.
Contoh:
a) Sang semut berkeliling taman sambil menyapa
binatang-binatang yang berada di taman itu.
b) Sang semut mengejek kepompong yang jelek yang
tidak bisa pergi ke mana-mana.
c) Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa
pergi ke tempat ia suka.
d) Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan
tersebut.
e)
“Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek,” kata si kupu-kupu.
Kaidah
penulisan si dan sang terpisah dengan kata yang diikutinya. Kata si dan sang
ditulis dengan huruf kecil, bukan huruf kapital. Perhatikan contoh penggunaan
dalam kalimat-kalimat tersebut. Bedakan dengan contoh berikut ini.
1)
“Bagaimana caranya agar si kecil rajin belajar?” tanya ibu.
2) Kedua
orang itu, si Kecil dan si Kancil, adalah pembantu di pasar.
Kata
kecil pada kalimat 1) ditulis dengan huruf kecil karena bukan merupakan nama.
Pada kalimat 2) Kecil ditulis dengan huruf /K/ kapital karena dimaksudkan
sebagai panggilan atau nama julukan.
3.
Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu
Dalam
teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan kata keterangan
waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk keterangan tempat biasanya digunakan
kata depan di dan keterangan waktu biasanya digunakan kata depan pada atau kata
yang menunjukkan informasi waktu.
Contoh:
a) Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman.
b) Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana terdapat genangan lumpur.
c) Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
d) Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
Contoh:
a) Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman.
b) Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana terdapat genangan lumpur.
c) Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
d) Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
4. Penggunaan
Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Kata
lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai
penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya digunakan
untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau dalam teks.
Contoh:
a) Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian berlari, lalu berteriak sambil menangis.
b) Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.
c) Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya.
d) Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
Contoh:
a) Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian berlari, lalu berteriak sambil menangis.
b) Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.
c) Kemudian, sang semut berterima-kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya.
d) Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
Contoh
Teks Cerita Fabel (Beserta Struktur)
Kupu-Kupu Berhati Mulia
Orientasi
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah
ada seekor semut berjalanjalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa
berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil
menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu.
Komplikasi
Ia
melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong
yang jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana.
“Hei,
kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu
patah?”
Sang
semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan,
sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut
merasa bahwa dirinya adalah binatang yang paling hebat. Si kepompong hanya diam
saja mendengar ejekan tersebut.
Pada
suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana
terdapat genangan lumpur. Lumpur yang licin membuat semut tergelincir ke dalam
lumpur. Ia terjatuh ke dalam lumpur. Sang semut hampir tenggelam dalam genangan
itu. Semut berteriak sekencang mungkin untuk meminta bantuan. “ Tolong, bantu
aku! Aku mau tenggelam, tolong..., tolong....!
Resolusi
Untunglah
saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas. Kemudian, kupu-kupu
menjulurkan sebuah ranting ke arah semut.
“Semut,
peganglah erat-erat ranting itu! Nanti aku akan mengangkat ranting itu.”
Lalu,
sang semut memegang erat ranting itu. Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan
menurunkannya di tempat yang aman. Kemudian, sang semut berterima kasih kepada
kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu
sebagai binatang yang hebat dan terpuji.
Mendengar
pujian itu, kupu-kupu berkata kepada semut. “Aku adalah kepompong yang pernah
diejek,” kata si kupukupu. Ternyata, kepompong yang dulu ia ejek sudah
menyelamatkan dirinya.”
Koda
Akhirnya,
sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua
makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
Nilai Moral yang dapat dipetik dari cerita
fabel di atas adalah:
1. Jangan
suka menghina orang lain.
2. Janganlah
sombong jika mempunyai kelebihan.
3. Suatu
saat kita pasti membutuhkan pertolongan orang lain.
Komentar
Posting Komentar